Sebuah Puisi Hitam
Aku Kelam, Aku Gelap
dan Aku Hitam
Ceceran darah
kesedihan Mengalir dari ujung pelipis mata
Menetes mengotori
badan jalan raya kereta kencana
Aku Terjerumus dan tersesat
dalam lingkaran fatamorgana
Hitam, gelap dan
hanya kelam’lah yang tampak nyata
Aku Kelam, Aku Gelap
dan Aku Hitam
Tak ada cahaya
sedikitpun untuk sebuah iman dalam diri
Keindahan Nampak
lenyap di telan ganasnya badai Tsunami
Aku terus berjibaku
dalam kematian suri
Menangis, Merintih
dalam kesepian yang terasa abadi
Aku Kelam, Aku Gelap
dan Aku Hitam
Jiwaku terpuruk dan
ragaku perlahan-lahan mulai remuk
Digerogoti
belatung-belatung duniawi yang perlahan membusuk
Berbau amis darah dan
nanah yang sangat menusuk
Berpesta porak dengan
ribuan iblis yang terkutuk
Aku Kelam, Aku Gelap
dan Aku Hitam
Pasukan Iblis ku
dekati dan para malaikat ku jauhi
Tak ada lagi lantunan
ayat suci yang selalu mengimani
Yang nampak hanyalah
perbuatan dosa yang terus mengiringi
Dan ku terjebak dalam
fakta kelam yang kelak akan diadili.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar