Okha Hyugaara
Sabtu, 06 Juni 2015
Selasa, 04 Maret 2014
Antara Bajingan, Kesepian dan Kebutuhan
Antara Bajingan, Kesepian dan Kebutuhan
Iblis Baik Hati |
Dan Buat KAMU, Asal
Kamu Tau, Da Aku Mah Jalan, Jadi Teu Kudu Di Pelur,,Hah….!!!!!!!!!!
Jumat, 14 Februari 2014
Berawal Dari sebuah doa yang selalu kupanjatkan
dalam setiap gerak langkah kehidupan yang ku jalani, akhirnya sang penguasa
hati memberi secercah harapan terang dalam kehidupanku yang kujalani sekarang,
merasa sedikit bahagia, sedikit tersenyum dan sedikit merasa jauh dari sebuah
kesendirian, senyumpun mulai tertoreh di sisi kedua belah bibir yang terlihat mengering,
dan liur kebahagiaan mulai menetes
membasahi gersangnya pemikiran hati yang kelam. Sosokmu
mulai mengisi kekosongan jiwa yang lara, semangatmu mulai membangkitkan raga
yang selalu teraniaya sebuah kesunyian, dan kasih sayangmulah yang membuat
harapanku sedikit bangkit untuk sebuah cita-cita dan asa, Sebuah Kebahagian Tersendiri berbagi kasih sayang denganmu dan sebuah
kebahagiaan tersendiri juga aku mengasihimu, walaupun singkat aku mengenal
sosokmu, dan walaupun singkat perkenalan
yang kita jalani, tapi aku yakin kau’lah
wanita yang akan mendampingiku sampai berhembusnya nafas terakhirku kelak,
sifat baikmu, kewibawaanmu dan rasa sayangmulah yang membuatku merasa nyaman
berada disismu, butir-butir mimpi dan harapan akan kusimpan dan aku kumpulkan
dalam sebuah toples kaca yang berbentuk hati, dan akan kujaga dari kotornya debu-debu
yang berterbangan disekelilingmu, sekarang aku mengerti arti menghargai seorang
wanita, mengerti arti kasih sayang yang sebenarnya dan mengerti arti sebuah
kesucian seorang wanita, aku belajar banyak darimu tentang kasih sayang yang
nyata, akupun belajar banyak dari sosokmu tentang berharganya sebuah harapan
untuk sebuah masa depan, kebaikan pasti akan dibalas dengan kebaikan, kasih sayang
akan dibalas dengan kasih sayang, dan cinta yang tulus akan di balas juga
dengan ketulusan cinta, aku sadar aku tak sempurna, tapi aku yakin
ketidaksempurnaan ini yang akan menyempurnakan hidupmu, ketidaksempurnaan inilah
yang akan membuatmu selalu nyaman berada disisiku, teruslah bermimpi untukku,
teruslah bermimpi untuk kita, agar kebahagiaan selalu menyertai kita, jangan
pernah lelah menyayangiku, dan jangan pernah lelah mencintaiku, jangan pernah sedikitpun
merasa bosan denganku dan jangan pernah ada kata perpisahan diantara kita
selain ajal yang memisahkan kita, karna cinta dan kasih sayangku suci dan tulus
terhadapmu, separuh nafasku kuhembuskan untukmu seluruh jiwaku kupersembahkan
untukmu dan seluruh ragaku akan terus menjagamu dimanapun sosokmu berada, ‘’jangan
ada gengsi diantara kita’’, kata itulah yang akan selalu kuingat dimanapun aku
berada, kata itulah yang akan menyemangatiku dalam setiap gerak langkah kehidupanku
dan kata itulah yang akan membentengi hatiku dari sosok lain yang akan menghampiriku,
kaulah segalanya untukku, tak’akan terpisahkan walau waktu terus memburu kita,
teruntukmu, yakin, kalau akulah yang akan menjadi imam’mu kelak, yakinlah kalau
akulah lelaki terakhir untukmu, jika kita merasa bosan satu sama lain, jangan
biarkan kebosanan mengalahkan kasih sayang kita, jika kita marah, jangan
biarkan amarah mengalahkan cinta kita dan jika kita merasa benci, jangan
biarkan pula kebencian mengalahkan ikatan kita, jangan ada kebohongan diantara
kita dan jangan ada pula kata perpisahan diantara kita. Harapanku Tak
Banyak, Itu Saja.
Rabu, 22 Januari 2014
Sebuah Puisi Hitam
Sebuah Puisi Hitam
Aku Kelam, Aku Gelap
dan Aku Hitam
Ceceran darah
kesedihan Mengalir dari ujung pelipis mata
Menetes mengotori
badan jalan raya kereta kencana
Aku Terjerumus dan tersesat
dalam lingkaran fatamorgana
Hitam, gelap dan
hanya kelam’lah yang tampak nyata
Aku Kelam, Aku Gelap
dan Aku Hitam
Tak ada cahaya
sedikitpun untuk sebuah iman dalam diri
Keindahan Nampak
lenyap di telan ganasnya badai Tsunami
Aku terus berjibaku
dalam kematian suri
Menangis, Merintih
dalam kesepian yang terasa abadi
Aku Kelam, Aku Gelap
dan Aku Hitam
Jiwaku terpuruk dan
ragaku perlahan-lahan mulai remuk
Digerogoti
belatung-belatung duniawi yang perlahan membusuk
Berbau amis darah dan
nanah yang sangat menusuk
Berpesta porak dengan
ribuan iblis yang terkutuk
Aku Kelam, Aku Gelap
dan Aku Hitam
Pasukan Iblis ku
dekati dan para malaikat ku jauhi
Tak ada lagi lantunan
ayat suci yang selalu mengimani
Yang nampak hanyalah
perbuatan dosa yang terus mengiringi
Dan ku terjebak dalam
fakta kelam yang kelak akan diadili.
Selasa, 21 Januari 2014
Sebuah Pengendalian Yang Kurang Stabil
Oka
Kurniawan
Sesat enggan ku berdalih, ketika sebuah pengharapan mulai mengisi
kekosongan sistem otak yang seakan mulai beku, kuberjalan dalam kehampaan
ruang dan waktu, dalam ketidak- pastian dan dalam kebimbangan pemikiran udzur,
hari-hari berlalu seiring pergantian musim yang semakin gugur di antara
sakura-sakura harapan, termenung dalam ketidakpastian sebuah harapan,
tersudutkan oleh keterpaksaan sebuah harapan dan membeku menunggu abstraknya
sebuah harapan, Ruang dan waktu yang membeku, meluluhkan imajinasi untuk
pemikran positif dan untuk berdiri tegak tanpa tiang penyangga, kehidupan kelam
yang terlewatkan dengan berbagai permasalahan hidup , menjerumuskanku dalam
sebuah kerangkeng baja yang kokoh, di cambuki mata rantai yang menghancurkan
daging menembus tulang hingga cedra sekujur jasad yang berlumuran darah segar,
jauh dari keindahan, jauh dari rasa bahagia, jauh dari pemikiran-pemikiran
positif dan jauh dari rasa keingin tahuan sebuah harapan, bertahun-tahun ku
membeku dalam perihnya luka yang membusuk, akankah luka yang membusuk sembuh
dengan sendirinya tanpa penawar ? dari dalamnya lubuk hati, aku tak mau menjadi
seonggok jagung, aku tak ingin menjadi sampah yang mengotori badan jalan raya
kereta kencana, aku tak ingin menjadi sesosok patung yang bisu untuk berontak
dan berkata-kata, dalam lelahnya raga, kuberontak untuk sebuah nirwana jiwa,
mengahrapkan cahaya api abadi yang mendasari terangnya hati, tapi apakah api
abadi akan kudapatkan walaupun hanya setitk jarum?bertambah Satu harapan di
angan “Api Abadi”, mungkin semuanya hanya mimpi, tapi ku berharap mimpi itu
berubah menjadi sebuah kenyataan tanpa ada seorangpun yang menggangu mimpi
dalam nyenyak tidur panjangku, setiap hal yang dijalani selalu tersirat
konsekuensi yang menjembatani akhir semuanya, tapi, ku terperosok dalam
jembatan tersebut, tercebur dalam sungai kebimbangan, hanyut tersapu gelombang
sunami kehampaan dan tenggelam didalamnya, sadarku adalah kesalahan dengan
melewati rusaknya jembatan harapan di tengah-tengah belantara hutan, tak ada
seorangpun di sekitar belantara hutan untuk menolong, sahabat, keluarga bahkan
kekasihpun terasa lenyap di telan kabut-kabut kehancuran, akankah ku mampu
bertahan dalam keruhnya air dan tanpa sedikitpun oksigen untuk bernapas? hal
yang mungkin mustahil, aku tak muanfik, bukan aku tak mengakui keluarga,
sahabat atau kekasih , sadar dengan sebuah kesalahan diri yang membuat semuanya
terasa tak bersosok, tak berwujud di antara ujung pelipis mata, wahai penguasa
nirwana jiwa, bimbinglah aku untuk sebuah nama, nama yang selalu meghiasi ruang
lingkup keindahan, nama yang selalu memutarbalikan keadan, nama yang selalu
menerangi pekatnya kehidupan malam, dan nama tersebut adalah ‘Cahaya’, Indah ku
berkata, dalam permainan dalil yang menahan semua amarah asa yang tidak
tercurahkan, melayang mengitari gurun pasir yang tak terjamah yang namanya
mahkluk, gema pun datang mengoyak-ngoyak pasir dalam hembusan angin yang
berputar mengelilingiku, melangkah seperti melayang, seperti di gerakan tali
temali yang melilit raga untuk menuju apapun yang di kehendaki keabstrakan
jiwa, berlari seperti sambaran petir, yang melewati sang waktu yang terbuang
sia-sia, melenyapkan kesempatan yang terbuang percuma, sesal, bimbang dalam
ketidakpastian yang murka di ujung lautan lepas, teriaku seakan tak di dengar
seisi alam jagat raya ini, suaraku seakan bisu di depan penghulu-penghulu
pengantin duniawi, bersetubuh dengan angan, bergelut dengan harapan dan
berkutik di antara butiran-butiran pasir impian. Mata hati yang lara, panca
indra yang tak berasa, dan jiwa yang sakit, sakit dan sakit, terkubur diantara
gugurnya dedaunan yang mulai menguning, menguak misteri kehidupan yang bertajuk
sebuah harapan dan mendramatisir semua permasalahan yang dianggap benar. Wajar
ku tersesat, wajar ku terjerumus dan wajar pula ku terperosok dalam lubang
sebuah impian, mungkin semua hanya ilustrasi yang membentengi kemewahan semua
rasa, tapi rasa ini fakta bukan logika, persetanlah dengan kalian kalian yang
tak pernah mengerti fakta, yang hanya berpegang pada sebuah logika, tak pernah
merasakan apa yang orang lain rasa, indah ku berkata dalam sebuah permainan
Rasa. Ku berjalan tanpa henti, tanpa setitikpun cahaya menyinari dan ku coba
bangkit tanpa tongkat penyangga, seakan semua keindahan hilang di telan ombak
lautan yang terus meghantam, sebuah pengendalian diri yang kurang stabil dalam
keruhnya dinding hati yang berubah menjadi sebuah pergolakan amarah,
tersingkirkan dalam kecemasan di tengah-tengah padang ilalang, wahai sang
harta, kembalilah dalam wujud surga dan enyahlah dalam ganasnya api neraka,yang
menjadikan terang dalam ruang gulita, indah ku berkata, dalam pemikiran jiwa
yang terasa lara, dan enggan ku berdalil dalam kebahagiaan yang selalu menghantui.
ku hanya bisa bersilat lidah dalam permainan kata, ku hanya bisa bergumam dalam
perasaan setengah sadar, harapku, bebaskanlah, bebaskanlah. bebaskan aku dari
pekatnya malam yang terus mengahantui rasa keingintahuanku yang mendalam,
bebaskanlah dari mata rantai yang melilit sekujur jasad yang kering kerontang,
bebaskanlah dari racun yang mulai mencemari darah dan bebskanlah dari kengerian
rasa bersalah. Inginku adalah harapan yang nyata, yang membuat semua indra
pemikiran menjadi berfungsi, mencerahkan kekelaman yang terus menghantui sang
jiwa, kemanapun jasad ini pergi, ku ingin selalu di temani rasa keingin tahuan
yang mendalam untuk memupuk pohon-pohon keindahan yang bisa di tebang kelak di
hari tua, yang bisa menuntun anak cucu untuk menggapai harapan dan impian yang
nyata, inginku tak banyak, itu saja. Wahai penguasa nirwana jiwa, nyalakanlah
api abadi yang bertahun-tahun padam, terangilah, harapan yang dulu sirna,
terangilah. Semuanya kembali lagi pada keabstrakan rasa ingin tahu, rasa ingin menggapai
angan, rasa ingin memupuk harapan dan rasa ingin berontak dari keterpurukan dan
kengerian hidup, Indah ku berkata, dalam pemikiran hati yang terasa
tersudutkan, aku adalah debu yang kemanapun angin pergi itulah tujuan jalan
keterpaksaan yang harus ku tempuh, bimbang dalam jahatnya belantara hutan yang
berpenghuni berjuta-juta mahluk yang tak bersosok, keheausan di tengah gurun
pasir yang tak berair zam-zam, berontak ku tak mampu, bergerak ku enggan, dan
berlari’ku tak bertenaga, akhirnya perjalanan panjang yang membawaku ke tempat
dimana terkumpul beberapa mahluk berhati malaikat yang sudi menampung sesosok
jasad yang rusak, sampai akhirnya ku bertemu mahluk perempuan berhati mulia
yang selalu menemaniku dikala sang jasad kesepian, bahagia, senyum, tawapun
tersirat di keriput tulang pipiku, terbang di sisi-sisi awan surgawi, sampai
dilihatkan sesosok nirwana yang megah, hari hari kujalani penuh senyum, penuh
tawa dan penuh keceriaan, tak ada sedih, galaw atau apapun itu yang berhubungan
dengan perasaan negative sang hati . Indahku berkata dalam pemikiran hati yang
terasa mewah, terbuai dalam dinding-dinding keindahan, ter samar rasa yang
membuat lidah menjulur mengeluarkan liur keharuan, yang tersirat setiap hari,
setiap waktu bahkan setiap menit yang dalam benak hanya wanita berhati mulia
tersebut, menemani dikala kesepian, selalu ada di kala dibutuhkan dan selalu
membuat hidup terasa lebih berarti dari hadup sebelumnya, setiap perkataan
dalam perbincangan hati yang bercengkrama selalu berangan, berimpi bersama
untuk kehidupan mendatang dalam rencana hidup bersama, indah ku berkata dalam
pemikiran jiwa yang bahagia, mahluk-mahluk yang berhati malaikat terus
mensuport, menyemangati, dan membuat jiwa terasa lebih berharga dari kepingan
emas atau butiran-butiran biji permata, setiap aktivitas yang di jalanipun
terasa penuh rasa ikhlas, semangat dan penuh tanggung jawab, malaikat-malaikat
berhati mulia, terima kasih atas semua pemberian yang telah kalian berikan, aku
jadi lebih mengerti tentang hidup yang harus kulalui, aku lebih mengerti arti
mencintai dan dicintai orang lain dan aku lebih mengerti arti membantu orang
lain yang lebih membutuhkan, karna bagiku membantu orang lain walaupun setitik
jarum itu adalah kebanggaan tersendiri, Indah ku berkata dalam pemkiran jiwa
yang terasa bermakna, makna adalah inti atau jawaban dari semua hal, yang
mendasari segenggam pertanyaan, makna adalah rasa yang mengelompokan semua
imajinasi, makna adalah separuh dari sepenggal harapan dan makna adalah awal
dari sebuah pengharapan. Pemikiran positive yang menjembatani kehidupan cerah
di antara taburan-taburan butiran salju yang menghiasi jalan-jalan kehidupan
semua makhluk, pemikiran positive niscaya sang bulan penerang kehidupan dalam
pekatnya malam, itulah salah satu hal yang diberikan para makhluk yang mengubah
kehidupanku yang dulu suram yang sekarang menjadi secerah bulan dikala purnama,
Kehidupanku berubah, semuanya indah penuh warna, silau memancarkan cahaya
kebahagiaan, lebih dekat kepada sang khalik, tak ada lagi kehiidupan kelam,
ta’ada kehidupan suram, ta’ada lagi kehidupan yang berhubunga dengan segala
dosa, harapan indahpun selalu ku pegang dalam cengkraman tangan dan terkunci
dalam ruang hati, masa lalu..Enyahlah, karna masa lalu adalah kenangan, masa
sekarang adalah tantangan dan masa depan adalah Harapan untuk menuju harapan
yang lebih baik, masa lalu biarlah berlalu dan terkubur dalam-dalam , tanpa
harus mengingatnya kembali, tanpa harus berlarut dalam penyesalan sebuah masa
lalu, akan tetapi, jadikanlah masa lalu sebagai cermin untuk menapaki sebuah
perjalanan hidup, masa sekarang adalah tantangan, segala sesuatu yang di jalani
sekarang adalah tantangan, jika kita melewati tatangan tersebut, maka niscaya
kita bisa naik tingkat untuk menuju harapan yang lebih baik, selalu ingat
Harapan, Masa depan Adalah Harapan, ketika kita menjalani sesuatu, sealu ingat
harapan di angan, jangan pernah menyerah, jangan pernah putus harapan, terus
dan tersuslah berusaha untuk sebuah nirwana jiwa. Setelah kujalani hari-hari
penuh dengan sebuah kebahagiaan, badai dan serangan bertubi-tubipun datang
menghantam dengan menjelma berbagai masalah yang menimpa sesosok jasad yang
dulunya ceria, sesosok jasad yang perlahan hampir setengah bangkit dari sebuah
keterpurukan, dari awal permasalahan keluarga yang terus menerus memaksaku
untuk berpenghasilan tetap, masalah bisnis, sampai ditinggalnya sesosok mahluk
perempuan yang baik hati, terjatuh, hampa, hilang semangat dan tak ada tenaga
untuk berdiri menahan hantaman dari masalah-maslah tersebut, ku hilang arah tak
ada pijakan untuk ku berdiri dan ta ada hal apapun yang membuat ku ceria, ku
berjalan mengitari ruang dan waktu, mengelilingi padang pasir yang teramat luas
menahan panas teriknya sang surya, tersesat di dalamnya dan tak tau dimana utara
dan dimana selatan, menangis ku tak ber air mata, teriak tak bersuara menahan
sebuah cobaan yang menurutku teramat begitu berat, indah ku berkata dari
pemikiran hati yang merasa tak berarti dimata dunia, indah ku berangan dalam
pemikiran hati yang mengharapkan sebuah pengharapan, memaksa bergelut dengan
keruhnya air kedamaian yang tercemari, jauh dari para malaikat, jauh dari para
dewa dan jauh dari ibu peri yang selalu membimbingku dari sejak pertama turun
ke dunia, sadarku jauh dari mereka karna ku yang minta, ku yang ingini semua
itu terjadi, ku berjalan terus tanpa henti dengan dosa dan kesalahan yang
selalu ku bawa kemanapun jasad ini pergi, kemana jasad ini singgah, tanpa
setitikpun cahaya api abadi menerangi perjaalananku dalam keterpurukan, melawan
kejamnya hidup, tersudutkan waktu yang terbuang percuma, terperangkap dalam
ruang keterpurukan, tak tau kapan akhir keterpurukan ini, tak tau dimana ujung
dari derita yang menimpa jasad yang terluka ini, sebuah pengharapan yang ku
tunggu bertahun-tahun dalam kebimbanganku, setelah hampir kurang lebih setahun
ku dalam keterpurukan, setitik cahayapun datang, menerangi walau tersamarkan
dalam jalanku, walaupun hanya setitik jarum cahaya yang ku dapatkan, setidaknya
jasad ini pun mampu bergerak dalam mati suri kehampaan, dalam nyenyak tidur
panjangku dan dalam mati yang ku alami, indah ku berkata dalam pemikiran jiwa
yang meraja di antara semua makhluk di muka bumi ini, mulai melangkah, menatap
masa depan dan berjuang demi masa depan dengan penuh senyum dan tawa, mulai mengerti
arti sebuah masa lalu yang harus ku tinggalkan, mengeti tentang tantangan yang
harus di hadapi dan mengerti tentang harapan yang harus ku raih, mulai tersadar
tentang kesalahan-kesalahan yang dijalani dengan melupakan orang-orang di sekitarku,
melupakan sebuah harapan dan impian yang ada, pemikiran positive pun mulai
tersirat dalam benakku dengan cahaya setitik jarum tersebut, mulai mengerti
arti kehidupan yang sebenarnya yang harus di lewati dengan penuh senyum dan
rasa semangat, dan akhirnya beberapa hal yang diharapkan olehku pun datang
dengan sendirinya, materi, wanita yang selalu menemaniku dan keluargapun mulai member
sedikit senyuman yang tulus untukku, semua hari mulai ku jalani dengan penuh
rasa semangat, semua sedikit terasa indah, semua sedikit terasa menyenangkan,
membuat raga ini terasa lebih berarti dari sebelumnya, tetapi semua terhenti
setelah ku lihat sebuah senyuman yang penuh arti dan misteri yang membuat raga
ini menundukan hati dengan melihat keterpurukan sesosok wanita berhati mulia
menderita, tersiksa tanpa kehadiranku di sampingnya, perasaan rasa bersalah
datang kembali menghantui dan terus mengikuti dalam segala gerak langkahku yang
mulai rapuh, butir-butir mimpi yang berserakan di antara jalan raya kehidupan
yang menghentikan semua kebahagiaan, membuat pemikiran kacau tak bernilai dan
tak ada harga dimata dunia, karna kelembutan senyum yang dulu ada telah mulai
sirna bagai di telan air di musim penghujan, yang mengguncang pantai
kehidupanku yang lara, angin, burungpun membisu tentang apa saja yang bertalian
dengan jiwa yang setengah sadar, tabur sunyipun mulai merayap-rayap dihati,
mulai menggerogoti lubang kerongkongan yang kering kerontang ditengah-tengah
panasnya gurun, selama bertahun-tahun dosa dan perasaan bersalah ini terus
mengikuti dan terus meracuni otakku, entah sampai kapan perasaan itu akan terus
singgah dalam otakku, sampai detik ini, detik dimana aku terus berjalan
menapakai hidup dalam lingkaran dosa dan dalam lingkaran perasaan bersalah ini,
satu keinginan dalam hati, penebusan dosa terhadap hati yang telah tercemari
raga ini, sadar, walaupun raga ini hancur lebur, mungkin tak cukup untuk
penebusan dosa ini terhadapmu dan terhadap kalian, hidup yang kujalani sekarang
adalah horror, bejalan dalam kegelapan, bernapas di dasar lautan lepas,
mencengkram duri-duri yang melukai telapak jari jemari, semua ku lalui, semua
kujalani, yakin, yang maha kuasa punya rencana sendiri buat kehidupanku ku
kedepan, berlindung dalam kasih sayang sang khalik, berdomisili dalam tingkah
laku yang benar, menapaki jejak cahaya yang sedikit tersamarkan, Bangkit,
Semangat, itulah yang harus ku raih sekarang, dalam raungan suara ini,
kerongkonganku tak henti untuk berteriak dan berontak dalam keterpurukan, Aku
masih punya iman, dan itulah sebuah modal dalam menapaki hidupku yang sekarang,
yakin, cahaya sang khalik akan terus menerangi di setiap langkahku dalam
kelamnya jalan di tengah belantara hutan ini. Kutukan
kesadaran, Hilang dalam kegelapan, Sebagai warna
sejati, Akan selalu berharap untuk sebuah tanda, sampai pada akhirnya Kebenaran
akan membebaskan jiwaku, keinginan membara untuk hidup dan berkeliaran
bebas,bersinar dalam gelap, dan itu tumbuh dalam
diriku, karena nasibku adalah horor dalam lingkaran khotbah. Setelah kegelapan
yang dingin, Sebuah tempat di mana aku menyembunyikan dosa-dosa tergelap, di
jantung hutan, dalam rahim daun, dan di cabang-cabang akar pohon, disitulah
dulu aku pernah merasa tersesat dalam mencari pencerahan,Gerbang waktu sekarang
telah dibuka, Melarikan diri dari rantai menara gading, dan sebuah kekuatan
kuno perlahan membebaskanku, Diantara Ibu jari dan Jari Kelingking, aku akan
Menjadi penyelamat untuk dirku sendiri, dan ketika ku lipat kedua jari
tersebut, maka Jari tengah'lah yang akan ku persembahkan untuk kehidupan
kelamku yang dulu pernah ku lalui, Angin perubahan ini akan terus bertiup liar
dan bebas walaupun badai Ini terus mengamuk di jalan raya penyesalan,
Mengedipkan Mata, Arahkan Jari, Dan aku akan Menerangi Langit,Aku dinonaktifkan
oleh kekhawatiran, Malam ini amarah diisi dengan teriakan, Ketika semua tanda
memori yang dikonsumsi semuanya menjadi saksi.
Langganan:
Postingan (Atom)
-
Oka Kurniawan Sesat enggan ku berdalih, ketika sebuah pengharapan mulai mengisi kekosongan sistem otak yang seakan mulai beku , k...
-
Oka Kurniawan Sesat enggan ku berdalih, ketika sebuah pengharapan mulai mengisi kekosongan sistem otak yang seakan mulai beku , kuber...